aryasulistyo.com
  • Home
  • Tips
    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

    Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!

    Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!

    Trending Tags

    • Mirorless
    • Monochrome
    • Black White
    • Canon
    • Sony
  • Inspiration
    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

  • Landscape
  • Portrait
  • Contact
  • Home
  • Tips
    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

    Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!

    Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!

    Trending Tags

    • Mirorless
    • Monochrome
    • Black White
    • Canon
    • Sony
  • Inspiration
    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

    Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

  • Landscape
  • Portrait
  • Contact
aryasulistyo.com
No Result
View All Result

Processing Sebuah Foto, Baiknya Sampai Sejauh Mana?

by arya
November 19, 2020
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Post Processing merupakan tahapan yang sangat penting bagi seorang fotografer.

Pada tahapan ini, kita bisa mengendalikan seluruh elemen dari sebuah foto. Dari tingkat kecerahan, kontras, tingkat kemiringan, semuanya wajib ditinjau ulang sebelum dipublish ke khalayak umum. Ada beberapa fitur-fitur dasar yang biasa saya gunakan sebut saja White Balance, Color Tone, Exposure Correction, Rotation/Cropping, Noise Reduction, dan masih banyak lagi. Namun terkadang kita terlalu asyik dalam mengeksplor keragaman fitur tersebut, sehingga muncul pertanyaan ketika post processing sebuah foto, baiknya sampai sejauh mana kita menggunakannya?

Post Processing menggunakan SILKYPIX Developer Studio

In Post Processing, Less is good. Always good.

Saya pribadi menekuni “aliran” Street Photography dan bermain di tahapan post processing adalah sebuah kewajiban untuk menciptakan gambar yang maksimal. Untuk menjaga keaslian sebuah foto, saya lebih menyukai tone warna yang natural. Untuk mengendalikan mood dan suasana, saya mengatur temperatur sesuai objek. Saya juga sering memotong frame menjadi lebih kecil demi mempertegas fokus objek. Intinya, jadikan karyamu enak dipandang mata dan buatlah karyamu sesederhana mungkin. Hindari efek-efek yang dirasa tidak perlu.

Do we need the Rules of Post Processing?

Maybe yes, and maybe no. Di dunia fotografi dan per-post processing-an, ada beberapa aturan pokok dalam fotografi untuk mengatur komposisi, dan terkadang, ada kalanya kita harus berani melawan aturan tersebut untuk menciptakan gambar yang… artistik. Meskipun demikian, menurut saya aturan dalam mengatur komposisi sangatlah penting. Terapkanlah setidaknya satu aturan tersebut didalam foto kalian. Karena pada sejatinya, kita tidak akan bisa menerapkan seluruh aturan tersebut jika kita bicara tentang komposisi. Beberapa aturan tersebut bergantung penuh pada objek dan faktor-faktor lain.

Pada Rule of Thirds, beberapa objek mungkin bisa terlihat bagus jika background sang objek itu juga indah. Tapi bagaimana jika kita backgroundnya biasa aja? tentu saja kita selalu bisa mempersempit jarak dengan cara meng-crop gambar agar bisa fokus ke objek yang kita foto.

Efek Bokeh tidak melulu bagus, apalagi kalau backgroundnya indah. Bokeh sebaiknya digunakan ketika kita ingin fokus lebih dalam ke suatu objek dari jarak dekat. Saya sering liat orang-orang di sosial media fotonya bokeh semua. Padahal kalau tidak bokeh, gambar background bisa memperlengkap komposisi foto. Banyak pula saya lihat orang yang mengupload foto “apa adanya” tanpa melalui tahapan post processing ini, padahal kita tidak perlu melulu mengupload foto “penuh” beresolusi tinggi dengan jarak pandang luas. Ada baiknya kita mencari sedikit atau sebagian fokus dalam gambar tersebut dan mempersempit ruang dengan memotong gambar tersebut. Coba juga untuk meluruskan gambar pada proses post processing jika pada saat pengambilan gambar pada posisi miring.

Dari beberapa contoh diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa aturan-aturan komposisi fotografi itu bersifat opsional dan.. situasional.

Manfaatkan post processing untuk mengatur mood suasana.

Pernah melihat foto yang begitu bagus sampai kita bisa merasakan seolah berada di dalamnya? jika iya, berarti mood kalian sudah berhasil terbawa. Pada tahapan post processing, mengatur komposisi warna dan objek yang tepat akan mampu menyihir orang agar bisa menikmati gambar lebih lama. Untuk menciptakan gambar yang tajam, kuat dan dramatis kalian bisa mengatur kontras warna agar menjadi lebih Maknyusss. Atur saturasi agar warna yang diciptakan bisa menjadi sedikit “netral”. Jangan ragu untuk mengeksplor pengaturan lain seperti Color Tone dan White Balance karena kedua fitur bisa membuat foto menjadi lebih hidup. Sebuah foto dengan mood merah bisa mewakilkan perasaan yang penuh dengan semangat keceriaan. Sementara mood biru menunjukkan sisi yang lebih cenderung depresif atau mungkin dramatis. Black & White, yang merupakan salah satu mode favorit saya, bisa dibilang efek yang netral. Jika foto terlalu gelap, kadar kecerahan bisa diatur dengan Exposure Correction atau Brightness. Hindari over exposure dan HDR yang berlebihan karena itu bisa merusak gambar.

Saturasi dan kontras yang agak lemah membuat tone warna memiliki keunikan tersendiri

Fokus tidak melulu soal ketajaman.

Beberapa fotografer gemar mengambil gambar yang blur secara sengaja untuk menciptakan kesan abstrak. Namun sebagai pencinta fotografi jalanan, saya suka membuat objek fokus dalam bingkai.

Bingkai yang disini bukan berarti potongan kayu atau mika untuk memajang foto ya, namun lebih kearah benda atau lingkungan yang seolah-olah “membingkai” fokus objek. Contohnya bisa dilihat pada foto dibawah ini.

Lagi-lagi, ketika saya memotret, ukuran sudut pandang terlalu luas dan fokus menjadi tidak jelas. Oleh karena itu, saya sengaja memotong gambar sedemikian rupa sehingga membuat pagar teralis itu nampak seolah menjadi bingkai dari fokus objek.

Watermark atau Tanda Air itu perlu nggak sih?

Watermark pada fotografi itu ada sejarahnya. Sampai sekarang malah masih banyak orang yang memperdebatkan akan perlu atau tidaknya seorang fotografer memajang Watermark. Fotografer yang memajang Watermark, ibarat seorang pelukis yang menulis inisial atau tanda tangan pada lukisannya. Saya akan coba memberikan opini tanpa harus menyinggung keyakinan kalian, maka dari itu saya akan berbagi tentang apa kata mereka yang pro dan kontra.

hahaha!

Bagi mereka yang pro, mereka beranggapan bahwa Watermark itu penting karena selain sebagai identitas seorang fotografer, juga bisa meminimalisasi pencurian hak cipta atau karya. Banyak orang yang membuat desain Watermark yang sederhana dan kecil dipojokan, namun tidak banyak juga orang yang membuat desain yang lebay dan mengganggu pandangan.

Bagi mereka yang kontra, mereka beranggapan bahwa Watermark itu tidak penting karena mereka tidak terlalu ambil pusing dengan ketenaran. Di era digital banyak sekali alat untuk memanipulasi gambar yang berpotensi memotong/menghapus bagian Watermark sehingga mau dipajang atau tidak, potensi pencurian hak karya akan tetap ada. Mereka kebanyakan juga berprinsip bahwasanya keberadaan Watermark sekecil apapun bisa merusak esensi dari fotografi itu sendiri.

Ada juga yang beranggapan bahwa penggunaan Watermark itu wajib dilakukan apabila kita hendak mempublish hasil karya kita ke khalayak umum, atau ke dunia pers. Namun kalau untuk sekedar jadi pajangan Timeline sosial media, nggak perlu-perlu amat majang Watermark.

Dari beberapa tips diatas, semoga kita semua bisa mengambil sedikit ilmu dan inspirasi. Berpegang teguhlah kepada mindset yang mengatakan bahwa apa yang berlebihan sudah pasti tidak baik. Tapi menurut kalian, hal penting apa yang perlu di edit pada sebuah gambar mentah sebelum diupload ke sosial media? Komentar dibawah ya.

Tags: editingfotografipost processingpublishing
Previous Post

Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!

Next Post

Kamera Mirrorless Murah "Kere Hore" Terbaik 2019

arya

arya

Related Posts

4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan
Inspiration

4 Tips Utama Untuk Fotografi Jalanan

November 19, 2020
Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!
Camera

Panasonic Lumix GX85, Kamera Mirrorless Pemula Terbaik 2019!

November 19, 2020

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2018 JNews. Photography Blog theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Home
  • Tips
  • Inspiration
  • Landscape
  • Portrait
  • Contact

© 2019 aryasulistyo.com

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In